Notification

×

Iklan

Iklan

Mengenal Permaculture dan Penerapannya di Indonesia

Kamis, 23 Oktober 2025 | 18.20 WIB Last Updated 2025-10-23T11:20:47Z


Kesadaran masyarakat untuk menekuni dunia pertanian kembali menggeliat. Salah satu konsep pertanian yang saat ini banyak dikembangkan ialah permaculture. 


Secara sederhana istilah ini mengacu pada konsep pertandian berkelanjutan. Walau bukan hal baru, permaculture atau permakultur banyak dibahas karena manfaatnya terhadap perubahan iklim. 


Permanent agriculture merupakan konsep yang diperkenalkan pertama kali oleh Bill Mollison dan David Holmgren pada tahun 1970-an di Australia. Inti dari permaculture adalah merancang sistem pertanian dan kehidupan yang meniru pola serta hubungan yang ditemukan di alam, dengan tujuan menciptakan lingkungan yang produktif, berkelanjutan, dan harmonis antara manusia serta ekosistem sekitarnya.


Di Indonesia, mereka yang telah berkecimpung dalam permaculture antara lain Bumi Langit Institute (Bantul, Yogyakarta) dan juga Kebun Kumara (Jakarta Selatan). Tentu saja ada beberapa inisasi permaculture lainnya.  Penjelasan lainnya bisa dilihat melalui https://dlhmandailingnatal.org/


Beberapa manfaat permaculture


1. Meningkatkan Kualitas dan Kesuburan Tanah


Penerapan permakultur menghasilkan perbaikan nyata pada kondisi fisik dan kimia tanah. Perlu diketahui Tanah yang sehat adalah fondasi bagi produksi pangan, ketahanan terhadap erosi dan perubahan iklim, serta mengurangi kebutuhan penggunaan pupuk sintetik.


2. Memperkuat Keanekaragaman Hayati dan Ekosistem


Sistem permakultur secara signifikan mendukung keberagaman spesies—baik tanaman, mikroorganisme tanah, cacing, burung, maupun serangga penyerbuk. Studi di Eropa pada lahan permakultur melaporkan bahwa jumlah spesies tanaman, cacing tanah, dan burung di lahan permakultur sekitar tiga kali lipat lebih banyak dari lahan konvensional.


3. Ketahanan terhadap Perubahan Iklim dan Bencana Alam


Dengan struktur tanah yang lebih baik, lahan permakultur lebih tahan terhadap kondisi ekstrem seperti kekeringan atau hujan lebat. Hal ini terjadi karena tanah berhumus tinggi menyimpan lebih banyak air dan nutrisi.


4. Penghematan Penggunaan Sumber Daya dan Input Eksternal


Sistem permakultur memaksimalkan efisiensi sumber daya seperti air, energi, dan bahan organik. Seperti diketahui dalam konteks krisis air dan meningkatnya biaya energi, efisiensi sumber daya menjadi kunci keberlanjutan ekonomi pertanian.

 

5. Penguatan Komunitas dan Pendidikan Lingkungan


Permakultur juga mendorong kolaborasi sosial dan pembelajaran lingkungan. Perlu diingat bahwa keberlanjutan sejati tidak hanya soal ekosistem, tetapi juga tentang masyarakat yang saling mendukung untuk menjaga bumi bersama.


6. Kontribusi terhadap Mitigasi dan Adaptasi Perubahan Iklim


Bagian yang tak kalah penting dari permakultur membantu menyerap karbon dan menurunkan emisi gas rumah kaca melalui peningkatan bahan organik tanah dan pengurangan input sintetis. 


Penutup


Permaculture bukan hanya pendekatan bertani, tetapi cara berpikir yang menyatukan manusia dan alam dalam sistem yang saling menghidupi. Dalam konteks Indonesia—negara agraris yang menghadapi tekanan urbanisasi, perubahan iklim, dan degradasi tanah—permaculture menawarkan arah baru menuju ketahanan pangan, kemandirian komunitas, dan keseimbangan ekologis.


Lebih lanjut tentang permaculture bisa dilihat pada laman https://dlhmandailingnatal.org/