Sejarah Lengkap Hari Gizi Nasional 25 Januari dan Tokohnya -->

Iklan Semua Halaman

Sejarah Lengkap Hari Gizi Nasional 25 Januari dan Tokohnya

Selasa, 25 Januari 2022



Sejarah lengkap Hari Gizi Nasional tidak bisa dipisahkan dari kiprah Prof. Poorwo Soedarmo yang gigih memperjuangkan dan menyelesaikan persoalan gizi Indonesia diawal masa kemerdekaan.


Berikut timeline lengkap sejarah Hari Gizi Nasional di Indonesia dan sejarah pendidikan gizi di Indonesia

 

1950 : Menteri Kesehatan J Leimena mengangkat Poorwo Soedarmo sebagai kepala Lembaga Makanan Rakyat (LMR) Lembaga ini merupakan bagian dari Lembaga Penelitian Kesehatan yang dikenal sebagai Lembaga Eijckman. Sebelumnya lembaga penelitian gizi dilakukan oleh Instituut Voor Volksvoeding (IVV) untuk kepentingan Belanda. Setelah diambil alih barulah penelitian gizi diarahkan untuk mengatasi permasalahan gizi Indonesia pada masa awal kemerdekaan.


25 Januari 1951 : Didirikan Sekolah DJuru Penerang Makanan (SDPM) oleh LMR sekaligus dimulainya pengkaderan tenaga gizi Indonesia. Momentum ini yang menandai peringatan Hari Gizi Nasional.


1953 : Berdirinya Sekolah Ahli Diet


1956 : Berdirinya Akademi Pendidikan Nutrisionis/Ahli Diet (APN/AD) akhirnya menjadi Akademi Gizi pada tahun 1965.


1958  : Pendirian Bagian Imu Gizi, FKUI.


mid 1960an - Inisiasi Hari Gizi Nasional oleh Lembaga Makanan Rakyat.


mid 1970an - Hari Gizi Nasional diperingati oleh Direktorat Gizi Masyarakat, selanjutnya menjadi agenda resmi Kementerian Kesehatan.


2001 - Lembaga Makanan Rakyat berubah menjadi Pusat Penelitian dan Pengembangan Gizi  (Puslitbang Gizi) Departemen Kesehatan R.I. Kemudian berubah menjadi Pusat Penelitian dan Pengembangan Gizi dan Makanan berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan No. 1277/ Menkes/SK/XI/2001.  Selanjutnya nama Puslitbang Gizi dan Makanan dikukuhkan kembali sesuai Surat Keputusan Menteri Kesehatan No. 1575/ Menkes/ PER/XI/2005.


1992 : Konfrensi Pangan sedunia di Roma mengeluarkan prinsip “Nutrition Guide for Balanced Diet


1993 : Mengambil prinsip Konfrensi Pangan Sedunia, Indonesia mengganti 4 Sehat 5 Sempurna dengan 13 Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS) di Indonesia dan mulai berlaku pada tahun 1995-2013. 


27 Januari 2014 : Setelah dilakukan survei kembali terkait gizi, ketigabelas pesan PUGS belum mencapai hasil maksimal. Direktorat Bina Gizi Kemenkes RI menyelenggarakan workshop untuk menyusun Pedoman Gizi Seimbang dan akhirnya dibuatlah 10 Pesan Umum Gizi Seimbang dan Pesan Khusus Gizi Seimbang.

 

Tokoh Gizi Indonesia

 

Tak lengkap membicarakan gizi nasional tanpa sosok Prof. Poorwo Soedarmo. Namanya memang tidak bisa dilepaskan dari pendidikan gizi di Indonesia. Tak heran, jika kemudian beliau dinobatkan sebagai Bapak Gizi Indonesia oleh Persatuan Ahli Gizi Indonesia (PERSAGI) pada Kongres I Persatuan Ahli Gizi Indonesia tahun 1967.


Prof. Poorwo menjadi  guru besar pertama Ilmu Gizi di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) pada tahun 1958. Ia pula yang mengenalkan konsep 4 sehat 5 sempurna. Ia juga menjadi orang pertama yang memperkenalkan ilmu ‘Home Economics’ atau Ilmu Kesejahteraan Keluarga di Indonesia tahun 1957.


Poorwo tercatat sebagai penerima Bintang Mahaputra Utama tahun 1992 dari Pemerintah atas jasanya mengembangkan gizi.  


Prof Poorwo (beberapa menuliskannya menjadi Poerwo/Purwo Soedarmo) lahir di Malang, Jawa Timur, 20 Februari 1904. Selepas dari lulus sekolah kedokteran STOVIA tahun 1927. Ia bekerja  sebagai kepala pelayanan medis hingga tahun 1948. Setelah mendapat ijazah dokter dari Ida Gaigako, ia kemudian menjadi dokter kapal ‘Polodarus’.


Ia kemudian berlayar ke  Belanda dan menuju London di tahun 1949. Di London inilah ia mulai tertarik tentang bidang nutrisi. Di London School of Hygiene and Tropical Medicine, Poorwo melakukan studi tentang malaria dan peran DDT untuk mengontrol malaria bersama Prof. McDonald.


Pendidikan Ilmu Gizi didalami di Post Graduate Institute, London (1949) dan Institute of Nutrition, Manila (1950). Kemudian mendalami ilmu itu di School of Public Health and Nutrition, Harvard University (1954-1955). Bekal ilmu inilah yang kemudian di dedikasinnya untuk bangsa dan tanah air yang dicintainya.