Penulis: Hendy Pebrian Azano Ramadhan Putra, Pegawai Bank Indonesia
Aktualita.co - Saat ini, ASEAN tampak kehilangan arah dan tujuan yang jelas. Pernyataan Presiden Jokowi pada Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN bulan Mei lalu menyoroti relevansi ASEAN yang dipertanyakan dalam menghadapi berbagai tantangan masa kini dan masa depan.
Ketidakhadiran sosok ‘serigala’ di kawasan ASEAN dianggapsebagai salah satu penyebabnya. Hal ini menyebabkan dua dampaknegatif. Pertama, munculnya kompetisi ekonomi di antara negara-negara ASEAN. 'Ego' setiap anggota ASEAN yang lebih fokusmempromosikan 'rumahnya' masing-masing menciptakan persainganyang tidak sehat.
Kedua, terjadi ketimpangan ekonomi di berbagai sektor pada semua tingkatan. ASEAN tampak terbagi menjadi dua kelompok: 'high-income' dan 'lower-income'. Ini bertolak belakang dengan tujuanawal pendirian ASEAN pada tahun 1967, di mana Menteri Adam Malik dan lainnya berkomitmen menciptakan transparansi informasimelalui kerja sama dan integrasi antar negara anggota.
Berbagai upaya telah dilakukan untuk mengatasi masalah ini, salah satunya adalah pembentukan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) pada tahun 2016. Namun, permasalahan ini begitu komplekssehingga MEA belum mampu menyatukan ASEAN. Oleh karena itu, diperlukan sosok ‘serigala’ yang dapat memimpin dan mengarahkannegara-negara ASEAN untuk menghadapi tantangan zaman.
Momentum emas terlihat dari kesuksesan Presidensi Indonesia di G20 tahun lalu, memberikan 'angin segar' di kawasan ASEAN. Optimisme muncul dengan ditunjuknya Indonesia sebagai KetuaASEAN 2023. Kualitas kepemimpinan Indonesia yang tak perludiragukan lagi menjadikan ini sebagai saat yang tepat bagi sang serigala untuk tampil.
Indonesia menegaskan perannya sebagai ‘serigala’ yang dirindukan melalui tema ASEAN 2023, "ASEAN Matters: Epicentrumof Growth". Di bawah kepemimpinannya, ASEAN akan berlari cepatmengakselerasi pemulihan ekonomi pascapandemi COVID-19, sambilmengarahkan ASEAN agar lebih bermanfaat bagi rakyat di kawasanmaupun dunia.
Menurut laporan Bank Indonesia, ekonomi ASEAN diperkirakantumbuh 4,4 persen pada tahun 2023, jauh lebih tinggi dibandingkandengan pertumbuhan ekonomi global yang diproyeksikan sebesar 2,8 persen. ASEAN memiliki pasar besar dengan populasi sekitar 679,79 juta jiwa, memberikan potensi besar bagi sang serigala untukmemanfaatkan kekuatan ekonomi ini.
Pada Agustus 2022, QRIS antar negara diluncurkan secara resmidan mendapat sambutan positif. Pilihan QR code sebagai media integrasi ekonomi dinilai tepat, mengingat QR code menjadi metodepembayaran paling populer di Asia Pasifik. Implementasi QRIS lintasnegara dimulai di Thailand dan Malaysia, dengan Singapura dan Filipina yang akan menyusul. Beberapa negara ASEAN lainnya juga menunjukkan ketertarikan.
Bank Indonesia patut berbangga hati, karena inisiatif ini menjadi‘oase di padang pasir’, menyatukan ASEAN yang sebelumnyaterpecah. Dengan menggunakan QRIS, wisatawan non-ASEAN dapatbertransaksi tanpa perlu menukarkan uang di money changer, mengurangi ketergantungan terhadap dollar AS.
Namun, membangun konektivitas sistem pembayaran tidaksemudah membalikkan telapak tangan. Contohnya, data Bank Indonesia menunjukkan hanya ada 14.555 transaksi QRIS olehpelancong Indonesia di Thailand pada tahun 2022, meskipun ada 51 ribu turis yang berkunjung. Ini berarti kurang dari 30 persen turisIndonesia yang menggunakan QRIS di Thailand. Kurangnya informasimengenai QRIS lintas negara diduga menjadi penyebab rendahnyajumlah transaksi ini.
Oleh karena itu, Indonesia sebagai ketua ASEAN 2023 perlumengambil tindakan cepat dengan meningkatkan kampanye dan edukasi tentang penggunaan QRIS lintas negara. Memanfaatkanperkembangan digital yang pesat, kampanye bisa dilakukan melaluimedia sosial dengan bantuan influencer yang memiliki banyakpengikut.
Selain itu, perkembangan e-commerce di Asia Tenggara juga harus dimanfaatkan. Indonesia, yang merupakan pasar e-commerce terbesar di ASEAN dengan 52 persen transaksi, bisa menjadi pusatinformasi dan inklusi keuangan. Hal ini sejalan dengan target pemerintah untuk mencapai inklusi keuangan 90% pada 2024.
Peningkatan penggunaan QRIS lintas negara di kawasan ASEAN diharapkan menjadi ‘game changer’. QRIS dapat menyatukanASEAN, menarik wisatawan, dan mempermudah remitansi pekerjamigran Indonesia. Pada tingkat makro, ini dapat mendorongpertumbuhan ekonomi ASEAN.
Seperti pepatah mengatakan, bersatu kita teguh, bercerai kitaruntuh. ASEAN memerlukan upaya nyata dari semua anggota untukterus bersinergi dan berkolaborasi, terutama dalam memperkuatkonektivitas sistem pembayaran antar negara. Di bawah komandosang serigala, harapan besar muncul bahwa ASEAN dapatmemberikan kontribusi nyata bagi ekonomi regional dan global