4 Kota Di Indonesia yang Masuk Sebagai Creative Cities Network -->

Iklan Semua Halaman

4 Kota Di Indonesia yang Masuk Sebagai Creative Cities Network

Rabu, 23 November 2022



UNESCO sejak tahun 2004 menginisiasi Creative Cities Network. Kota kreatif ini dibagi dalam beberapa kategori yaitu literature, desain, craft and folk art, film, music, media arts dan gastronomy.  Dalam daftar ini setidaknya terdapat  295 kota yang berada di 90 negara yang masuk dalam UNESCO Creative Cities Network.


Dari ratusan kota dunia tersebut, tercatat ada 4 kota di Indonesia yang masuk dalam daftar. Berikut Kota yang masuk dalam Creative Cities Network.


 

1. Pekalongan


Pekalongan merupakan kota pertama di Indonesia yang masuk dalam daftar. Pekalongan bergabung dengan Jaringan Kota Kreaatif UNESCO sejak 2014 untuk kategori Kota Kreatif Kerajinan (Kriya) dan Kesenian Rakyat.


Sebagai kota kreatif, Pekalongan berhasil menjaga tradisi Batik dan mengkombinasikan antara keunikan seni, kerajinan, dan pendapatan bagi warga Pekalongan.


Pekalongan juga berhasil mengembangkan infrastruktur sosial, budaya dan ekonomi yang terkait dengan proses pembuatan Batik. Dan yang tak kalah pentingnya, Pekalongan mempromosikan industri Batik yang ramah lingkungan; dan mengembangkan teknologi informasi dan komunikasi untuk mendukung pengembangan sektor Batik.


2. Bandung


Kota Bandung, ibu kota Provinsi Jawa Barat di Indonesia dan berpenduduk 2,5 juta jiwa, merupakan pusat inovatif untuk kreativitas dan kewirausahaan. Bandung masuk dalam Creative Cities Network sejak tahun 2015 untuk kategori desain.


Dalam catatan UNESCO, Bandung memiliki nilai tambah berupa taman umum tematik di Bandung yang didedikasikan untuk UCCN. meningkatkan kolaborasi dengan Kota Kreatif lainnya melalui festival kreatif, acara bersama dan lokakarya, terutama dengan menyelenggarakan acara tahunan berupa Karnaval Asia-Afrika dengan tujuan mempromosikan kota-kota yang kurang terwakili dan kerja sama Selatan-Selatan.


Selain itu, Kota Bandung membangun 30 Pusat Kreatif dan mendukung 100.000 wirausaha kreatif baru selama 5 tahun untuk meningkatkan ekonomi kreatif lokal, terutama melalui Inisiatif Little Bandung, yang akan memiliki sudut khusus untuk pertukaran produk bersama, lokakarya, dan acara dengan kota-kota lain di Jaringan.


3. Ambon


Ambon masuk dalam daftar Creative Cities Network subsektor musik pada 2019. Dalam catatan UNESCO, hampir 90 persen masyarakat Ambon berpartisipasi dalam musik, terutama paduan suara.  Bagi masyarakat Ambon, musik bukan hanya sumber hiburan, tetapi juga gaya hidup. Itu menemani mereka dalam aktivitas sehari-hari dan seringkali menjadi titik fokus dalam perayaan dan selama liburan.


Demikian pentingnya musik dalam kehidupan masyarakat Ambon, pemerintah daerah membuatkan aturan terkait musik yaitu Peraturan Daerah Kota Ambon Nomor 2 Tahun 2019 tentang Ambon Kota Kreatif Berbasis Musik.


Bersamaan dengan pariwisata, musik adalah sumber utama lapangan kerja dan pertumbuhan ekonomi kota, menyumbang lebih dari US$ 700.000 untuk ekonomi setiap tahun.


Nilai tambah Ambon sebagai kota kreatif di sub sektor musik yaitu melakukan penelitian dengan mitra lain dalam jaringan tentang peran pendidikan musik dalam perkembangan anak dan remaja, serta dampak partisipasi dalam program musik sekolah terhadap pembelajaran mata pelajaran lain.


4. Jakarta


Jakarta masuk dalam Creative Cities Network untuk kategori Sastra atau literature sejak tahun 2021. Sebagai Kota Kreatif Sastra, nilai tambah Jakarta adalah memiliki keunggulan pada karakteristik multikultural kota dan sumber daya manusia yang kaya untuk mencapai pekerjaan yang layak dan pertumbuhan ekonomi serta mengurangi ketidaksetaraan; dan memperluas jangkauan JakWifi dan meningkatkan pemikiran kritis dan literasi digital Jakarta sebagai solusi melawan ujaran kebencian.


Tolok ukur penilaian Kota Sastra memperhatikan faktor kualitas, kuantitas, dan keragaman penerbitan, program pendidikan, penyelenggaraan acara, dan aspek lain terkait sastra di kota tersebut.


Selain itu, penilain juga melihat aspek perpustakaan, toko buku, pusat kebudayaan publik atau swasta , dan penerbit berperan dalam melestarikan, mempromosikan, dan menyebarluaskan sastra di dalam dan luar negeri, serta mempromosikan dan memperkuat pasar sastra.