Valentine yang lebih sering dirayakan oleh
remaja selama ini sering kali disangkut pautkan dengan kasih sayang. Tetapi
dewasa ini, Hari Valentine lebih banyak "dirayakan" oleh brand dengan
membuat aneka produk yang seakan-akan memanfaatkan momentum Hari Valentine.
Tak heran jika penjualan coklat meningkat pada
saat Hari Valentine. Data Tokopedia pada Februari 2017, penjualan cokelat
meningkat lebih dari 650 persen dan penjualan bunga tercatat meningkat lebih
dari 250 persen. Demikian halnya dengan penjualan cokelat di berbagai gerai minimarket
juga semarak oleh penjualan coklat.
Dari Kartu Ucapan ke Cokelat
Coklat,
Valentine dan komersialisasinya memang tidak bisa dipisahkan. Sejarah coklat dan Hari Valentine bisa
dirunut pada saat Victoria menjadi Ratu pada 1837, teknologi siap mengubah Hari
Valentine menjadi bonanza komersial. Rakyat Victoria senang menghujani
orang-orang yang mereka sayangi dengan hadiah dan kartu yang dihiasi Cupid.
Film Eternal
Sunshine of the Spotless Mind juga menampilkan pendapat jika Hari Valentine
sengaja dibuat oleh perusahaan kartu ucapan. Pada awalnya, orang-orang
bertukar token, uang kertas, dan kartu
buatan tangan pada 14 Februari. Tradisi ini berkembang ketika infrastruktur pos
diperbaiki pada pertengahan abad ke-19.
Beberapa
orang membantah hal ini. Dengan asumsi, kartu ucapan yang diproduksi secara
massal diperkenalkan di Amerika Serikat pada tahun 1849 dan dijual oleh
Hallmark pada tahun 1913. Sehingga, Valentine sudah muncul lebih dahulu sebelum
munculnya Hari Valentine.
Komersialisasi
Hari Valentine juga dibuat oleh produsen cokelat. Pada tahun 1840-an, seiring
dengan semakin banyaknya orang Inggris merayakan Valentine, muncul Richard
Cadbury, keturunan keluarga produsen cokelat Inggris yang menjadi produsen
pertama yang menempatkan cokelat dalam kotak berbentuk hati. Richard Cadburry merilis cokelat Valentine
pertama pada tahun 1868. Cadburry-nya juga ditempatkan dalam kotak berbentuk
hati. Setelah cokelat habis, boks disimpan untuk aksesori atau wadah menaruh
barang lainnya.
Nama lainnya
adalah Clara Stover yang mulai membungkus "Bungalow Candies" pada
1923. Dia dan suaminya pindah ke Kansas City dan membuka beberapa pabrik,
menjual cokelat Valentine dalam kotak-kotak berbentuk hati ke department store
di Midwest. Sebelum, Milton Hershey yang awalnya memproduksi karamel ikut melapisi
karamelnya dengan cokelat, dan pada 1907 ia merilis produk berbentuk air mata
jatuh bernama 'Kisses'.
Seiring
semakin pesatnya budaya konsumerime, komersialisasi Hari Valentinepun semakin
masif. Bahkan, Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) sempat menemukan
komersialisasi Hari Valentine yang bersifat negatif. Misalnya, promo untuk
penginapan bagi pasangan muda yang belum menikah, coklat berhadiah kondom dan
kontrasepsi serta berbagai layanan lainnya.
Kini dengan semakin berkembangnya sosial media dan beragam produk semakin beragam pula bentuk komersialisasi Valentine.