Mengenal 3 KRI Saksi Pertempuran Laut Aru Perebutan Irian Barat dari Belanda -->

Iklan Semua Halaman

Mengenal 3 KRI Saksi Pertempuran Laut Aru Perebutan Irian Barat dari Belanda

Sabtu, 15 Januari 2022



AKTUALITA.CO - Pada tanggal 15 Januari 1962, Presiden Soekarno dalam sebuah operasi senyap mengirimkan empat Kapal Republik Indonesia (KRI) untuk merebut Irian Barat dari penjajah Belanda yang mengkhianati hasil Perundingan Konferensi Meja Bundar. 


Presiden Soekarno mengumandangkan perang lawan Belanda melalui seruan Trikora atau Tiga Komando Rakyat. Indonesia selanjutnya melakukan operasi yang disebut Operasi Jayawijaya. KRI yang dikirimkan masing-masing KRI Matjan Tutul, KRI Harimau, KRI Matjan Kumbang dan KRI Singa. Keempatnya merupakan kapal jenis Motor Torpedo Boat (MTB).  


Misi ini diberi nama STC-9 kepanjangan dari satuan tugas chusus 9 Januari dan dipimpin oleh Soedomo.


Dalam perjalanan ke Irian, ada tiga titik kumpul (randevous) dari kapal ini untuk mengisi bahan bakar. Pertama di selat Madura dan bertemu dengan KRI Pattimura. Titik kedua di utara Flores bersama KRI Rakata. Dan ketiga di Pulau Udjir, Kepulauan Kai, Maluku dan direncanakan bertemu KRI Multatuli sebelum akhirnya masuk ke pulau Irian. Sayangnya, KRI Singa, tidak bisa mencapai titik kumpul ketiga, karena kehabisan bahan bakar di tengah jalan sebelum sampai ke titik ketiga.

 

Delapan Kapal MTB Pertama Dari Uni Soviet


Kapal Republik Indonesia Jaguar Class dibeli dari semuanya merupakan bagian dari pembelian berjenis Motor Torpedo Boat (MTB). Kapal jenis ini cocok digunakan untuk serangan mendadak dan tiba-tiba. Ada delapan kapal yang dibeli pada tahun 1960an dari Uni Soviet, yaitu KRI Serigala, KRI Beruang, KRI Matjan Tutul, KRI Matjan Kumbang, KRI Anoa, KRI Adjak, KRI Singa, dan KRI Harimau.

Kapal Jaguar Class memiliki ukuran panjang 42,6 meter, tetapi lebarnya tidak lebih dari 7,1 meter. Sementara bobotnya 183,4 ton dengan postur bodi kapal terlihat langsing. Meski tampilannya sederhana, Jaguar Class bisa berlaku garang dan lincah. Kapal ini di dukung empat mesin diesel Mercedes-Benz MB51B yang menghasilkan kekuatan 3.000 tenaga kuda. Dengan demikian, sesuai sebutannya sebagai kapal cepat, gerakannya memang bisa sangat cepat. Dengan di dorong empat baling-baling berdiameter 1,15 meter, Jaguar sanggup meluncur di atas permukaan air dalam kecepatan maksimum 42 knot (sekitar 77 km per jam).


Tanpa Torpedo


Sayangnya, MTB Indonesia tidak dilengkapi torpedo dalam pembeliannya. Sebagai negara yang baru saja dikalahkan dalam Perang Dunia II, industri strategis di Jerman waktu itu terkena beragam pembatasan. Jerman boleh memprodiksi MTB, tetapi tidak boleh memproduksi torpedo.


Indonesia hanya boleh membeli torpedo dari Inggris, tetapi justru Inggris yang mendukung Belanda (sesama anggota NATO) memberlakukan embargo senjata kepada Indonesia. Karena tidak membawa bekal torpedo, beban 4 unit MTB untuk misi penyusupan ke Irian Barat digantikan dengan membawa empat perahu karet untuk misi pendaratan. Berikut berikut kisah tiga KRI Indonesia :


1. KRI Harimau (654)


KRI Harimau terbuat dari besi baja ringan buatan Jerman Barat. KRI ini dibeli pemerintah Indonesia dan bergabung di armada Angkatan Laut Republik Indonesia (ALRI) pada 1960. Kapal ini dimaksudkan untuk membantu menyelamatkan wilayah NKRI dari jajahan dan serbuan tentara Belanda.


Selayaknya Jaguar Class, daya angkut KRI Harimau hanya 39 orang termasuk kapten. Kapal ini menggunakan mesin diesel Mercedes-Benz MB 51B yang berkekuatan 3000 tenaga kuda dengan kecepatan 42 knot dan daya jelajah 500 mil laut.


Adapun dalam pertempuran di laut Aru, KRI Harimau dipimpin komandan Kapten Samuel Muda. merupakan satu-satunya KRI yang selamat.


KRI Harimau masih ikut dalam sejumlah operasi setelah tahun 1962. Di antaranya, operasi Buaya Timbul di perairan Tanjung Pinang dan Selat Singapura a untuk melaksanakan show of force dalam rangka konfrontasi dengan Malaysia (1963).  


Juga Operasi Ganyang di perairan Tanjung Pinang dan Selat Singapura (1964), Latihan Bersama antara ALRI dengan Pakistan selama empat bulan (1965-1966). Selain itu mengikuti  Operasi Penegak di perairan Jakarta selama tiga bulan dan Operasi Sebar di perairan Belawan (1967 dan 1969).


Kini KRI Harimau disimpan di  Museum Purna Bhakti Pertiwi Taman Mini Indonesia Indah (TMII) Jakarta Timur.


2. KRI Macan Kumbang (653)


Sama dengan KRI lainnya, KRI Matjan Kumbang merupakan salah satu dari delapan kapal cepat torpedo kelas Jaguar yang dibeli dari Jerman Barat sekitar tahun 1960. Jika KRI Harimau terbuat dari varian besi baja ringan. KRI Matjan Kumbang dan KRI Matjan Tutup terbuat dari kayu mahogani.


KRI Macan Kumbang dipimpin oleh Kapten Sidhoparomo. Dalam pertempuran di laut Aru, KRI Matjan Kumbang mengalami gangguan mesin, sehingga terlambat sampai di titik pertemuan ketiga. 

 

Dalam operasi infiltrasi di Papua. KRI Matjan Kumbang berada paling belakang, dan menjadi satu-satunya kapal yang tetap boleh menyalakan radar, karena bertugas sebagai Kapal Jaga Operasi (KJO).


KRI Matjan Kumbang juga menjadi sasaran tembak Belanda dari  Hr. Ms. Kontenaer. KRI ini berhasil lolos setelah Sidhopramono dengan nekat membawa kapalnya menembus masuk ke laut karang kedalaman tiga meter. Kontenaer tak lagi berani mengejar.

 

3. KRI Macan Tutul (650)


KRI Matjan Tutul  merupakan satu dari dua KRI generasi awal yang pernah mengikuti latihan laut bersama KRI Adjak.  Kedua kapal tersebut diikutkan dalam Operasi Lumba-Lumba pada pertengahan 1961, melakukan latihan dengan AL India di perairan Laut Jawa.


KRI Matjan Tutul dipimpin oleh Kapten Wiratno. Dalam pertempuran di laut Aru,  Deputi Operasi KSAL Komodor Yos Soedarso menginginkan agar ikut dalam KRI Macan Tutul bersama infiltran. Ia juga telah menyiapkan bendera merah putih dari Jakarta, untuk dikibarkan di bumi Irian.  Kapal ini kemudian tenggelam ditembak Belanda.


Komodor Yos Sudarso bersama pasukan yang ada di atas KRI Macan Tutul ikut tenggelam.  Peristiwa ini selanjutnya dikenal dengan nama Hari Dharma Samudera.