Erupsi terakhir yang cukup besar pada tangkuban perahu terjadi pada Jumat, 26 Juli 2019. Saat itu, di Kawah Ratu, kawah utamanya, amplitudo dominan lebih dari 50 milimeter. Bandingkan saat normal biasanya menunjukan angka 0-0,5 milimeter.
Jenis letusannya adalah letusan freatik akibat akumulasi gas. Freatik artinya letusan masih disebabkan oleh akumulasi gas-gas yang berasal dari uap air. Sumber letusannya dangkal.
Sejarah Terbentuknya Gunung Tangkuban Perahu
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Van Bemmelen (1934 diketahui bahwa Tangkuban Perahu terbentuk setelah meletusnya Gunung Sunda Purba.
Konon, gunung sunda purba ini merupakan gunung berapi yang sangat besar dengan ketinggian 2000 meter di atas permukan laut.
Gunung Sunda ini meledak dengan hebat sekitar 50.000 tahun yang lalu.
Saking begitu hebatnya letusan tersebut meninggalkan lubang menganga dengan diameter 5-10 km. Lubang menganga bekas letusan tersebut diberi nama kaldera sunda.
Di dalam kaldera sunda inilah terbentuk gunung baru, yaitu Tangkuban Parahu.
Sejarah Erupsi Gunung Tangkuban Perahu
Lalu seperti apa sejarah erupsi gunung tangkuban perahu?
Tahun 1829
Sejarah awal letusan gunung Tangkuban Perahu yang berhasil tercatat adalah tahun 1829. Berdasarkan Buku Bandung Purba karya T. Bachtiar, catatan tertua yang ditulis Franz Wilhelm Junghuhn, berjudul Perjalanan Topografi dan Ilmiah Melintasi Java, Tangkuban Parahu mengalami erupsi tahun 1829.
Ketika itu, letusan abu terus-menerus berasal dari pusat erupsi Kawah Ratu dan Kawah Domas.
Tahun 1846 : Erupsi terjadi di kawah Ratu
Tahun 1896 : Terjadi letusan freatik, dan terbentuknya Kawah Baru di sebelah utara Kawah Badak.
Tahun 1910 : Erupsi cukup besar di Kawah Ratu menghasilkan skorea dan abu. kolom asap membubung setinggi 2 km di atas dinding kawah, erupsi berasal dari Kawah Ratu.
1926: Erupsi freatik di Kawah Ratu membentuk lubang ecoma.
1935: lapangan fumarol baru disebut Badak terjadi, 150 m ke arah selatan barat daya dari Kawah Ratu Gunung Tangkuban Parahu.
1952: erupsi abu didahului oleh erupsi hidrothermal (freatik)
1957: erupsi freatik di Kawah Ratu, terbentuk lubang kawah baru
1961, 1965, 1967: erupsi freatik
1969, 1971: erupsi freatik didahului oleh erupsi lemah menghasilkan abu
1983: erupsi freatik
1992: awan abu membubung setinggi 159 m di atas Kawah Ratu
1994: peningkatan kegiatan kuat dengan gempa seismik dangkal dengan erupsi freatik kecil
2004: peningkatan kegempaan.
8 Oktober 2013
Terjadi aktivitas yang cukup tinggi dimana terjadi 11 kali terjadi letusan freatik dalam kurun waktu 4 hari.
Tiga Letusan terakhirnya terjadi pada 8 Oktober 2013. Banyaknya letusan gunung Tangkuban Parahu di tahun 2013 lalu itu bisa dikatakan menjadi sebuah sejarah.