Pada tahun 1946, Presiden Soekarno melalui penetapan pemerintah memberikan pengakuan terhadap Konghucu. Saat itu ditetapkan empat hari besar untuk Konghucu.
Presiden Soekarno mengeluarkan Penetapan Pemerintah tentang hari-hari raya umat beragama Nomor 2/OEM-1946. Pada Pasal 4 peraturan itu menyebut tahun baru Imlek, hari wafatnya Khonghucu (tanggal 18 bulan 2 Imlek), Ceng Beng (membersihkan makam leluhur), dan hari lahirnya Khonghucu (tanggal 27 bulan 2 Imlek), sebagai hari libur.
Sejarah imlek di Indonesia memasuki babak baru saat tahun 1968-1999 dimana saat itu imlek dilarang dirayakan di depan umum.
Presiden Soeharto masa itu mengeluarkan nstruksi Presiden Nomor 14 Tahun 1967 melarang segala hal yang berbau Tionghoa termasuk perayaan imlek.
Barulah ketika reformasi bergulir, Gus Dur yang menjadi presiden Indonesia mencabut inpres no. 14 tahun 1967.
Presiden Abdurrahman Wahid menindaklanjutinya dengan mengeluarkan Keputusan Presiden Nomor 19/2001 tertanggal 9 April 2001 yang meresmikan Imlek sebagai hari libur fakultatif (hanya berlaku bagi mereka yang merayakannya).
Lalu pada tahun 2002, Imlek resmi dinyatakan sebagai salah satu hari libur nasional oleh Presiden Megawati Soekarnoputri mulai tahun 2003.
Megawati menyampaikan pengumuman tersebut saat menghadiri Peringatan Nasional Tahun Baru Imlek 2553 di Hall A Pekan Raya Jakarta.
"Tadi saya tahu panitia dan pengurus memberikan suatu sindiran supaya Tahun Baru Imlek dijadikan hari nasional. Demi kebersamaan kita sebagai warga dan bangsa, dengan ini saya nyatakan Tahun Baru Imlek sebagai hari nasional," kata Presiden Megawati masa itu pada Minggu, 17 Februari 2002.
Dari sejarah panjang imlek tersebut, ada banyak hal yang sangat terkait dengan tradisi imlek di Indonesia. Inilah beberapa diantaranya.
1. Gong Xi Fa Cai
Makna kalimat Gong Xi Fa Cai bukan berarti Selamat Tahun Baru Imlek. Kalimat tersebut sejatinya memiliki arti 'Selamat Sejahtera'.
Sejarah singkat dari ucapan Gong Xi Fa Cai berawal dari kata Gong Xi yang berarti selamat. Hal ini berawal dari penduduk China yang berhasil selamat setelah menghindari binatang buas. Selain itu Fa Cai memiliki sejarah dari sebuah kesejahteraan yang berkembang mengikuti zaman.
Beberapa orang lebih senang menggunakan kalimat Sin Cun Kiong Hi, Thiam Hok Thiam Sioe yang bermakna Selamat menyambut musim semi, tambah umur tambah kebahagiaan.
2. Angpao
Angpao sudah dikenal luas di Indonesia, walau tentu saja aslinya tradisi ini berasal dari Tionghoa.
Dalam tradisi China, angpao dikenal dengan nama Hong Bao yang berarti hadiah uang berbalut amplop merah yang diberikan selama liburan atau acara khusus.
Wikipedia menyebut jika sejarah angpao berasal dari masa Dinasti Qin di China, orang-orang tua biasa mengikat uang koin dengan benang merah.
Uang itu disebut yāsuì qián yang berarti "uang pengusir roh jahat", dipercaya dapat melindungi orang-orang tua dari penyakit dan kematian. Yāsuì qián kemudian digantikan amplop merah semenjak bangsa China menemukan metode printing. Uang tersebut selanjutnya disebut yāsuì qián, aksara sui yang digunakan bukan berarti "roh jahat" melainkan "usia tua".
Ada pula yang mengatakan pada masa Dinasti Qin banyak orang tua memasang benang merah pada koinnya yang disebut ya suì qián atau sebagai 'uang untuk menghindari usia tua'. Hal ini dipercaya sebagai penolak kematian dan mencegah penuaan bagi penerimanya. Namun, semakin berkembangnya mesin cetak, ya suì qián diganti dengan amplop kertas merah.
3. Kue Keranjang
Kue keranjang (ada yang menyebutnya kue ranjang) yang disebut juga sebagai Nian Gao atau Ni Kwe yang berarti Kue Tahunan.
Di Jawa Timur disebut sebagai kue keranjang sebab dicetak dalam sebuah "keranjang" bolong kecil, sedangkan di beberapa daerah di Jawa Barat ada yang menyebutnya Dodol Cina untuk menunjukkan asal kue tersebut yaitu Cina, walaupun ada beberapa kalangan yang merujuk pada suku pembuatnya, yaitu orang-orang Tionghoa.
Kue keranjang hadir juga di perayaan imlek dimana di China, terdapat kebiasaan saat tahun baru Imlek untuk terlebih dahulu menyantap kue keranjang sebelum menyantap nasi sebagai suatu pengharapan agar dapat selalu beruntung dalam pekerjaannya sepanjang tahun.
4. Barongsai
Buku 5000 Tahun Ensiklopedia Tionghua 1 karya Christine dan kawan-kawan, terbitan St Dominic Publishing tahun 2015 menyebutkan jika asal usul barongsai berasal dari kepercayaan leluhur China.
Mereka percaya setiap awal tahun baru adalah masa di mana para dewa dewi kembali ke kayangan untuk melapor ke Kaisar Langit. Maka saat ini roh-roh jahat di dunia menjadi semakin ganas karena tidak ada yang mengendalikan mereka ketika dewa-dewi rapat di kayangan. Untuk itu diadakan tarian barongsai yang sebelumnya telah diberkati di kelenteng. Tarian barongsai dimaksud untuk mengusir setan.
Penyebutan barongsai sebenarnya hanya ada di Indonesia. Nama asli kesenian ini di China adalah 'Wu Shi'. Negara Barat menyebut barongsai sebagai 'lion dance'. Nama barongsai sendiri merupakan cerminan akulturasi China di Indonesia. 'Barong' berasal dari kesenian boneka Bali yang dimainkan oleh manusia di dalamnya. Sementara 'Sai' dalam bahasa Hokkian berarti singa.
Tonton Juga : Aksi Barongsai Juara Dunia Dunia Asal Indonesia Kong A Hong
5. Perayaan Imlek Khas Indonesia
Walau berasal dari negeri Cina, tetapi akulturasi budaya lokal dan imlek melahirkan banyak tradisi baru seputar imlek.
Misalnya tradisi perang air di Riau saat imlek. Sementara itu warga Tionghoa di Depok punya tradisi mandi di sumur tujuh lubang di Vihara Gayatri. Sumur-sumur ini dipercaya memiliki kekuatan mendatangkan rezeki, jodoh, bahkan bisa menyembuhkan penyakit.
Ada lagi tradisi Pawai Tatung di Singkawang. Tatung sendiri adalah atraksi sejenis debus jadi saat perayaan ini orang-orang yang kemasukan arwah leluhur akan akan berpawai. Kengerian ini akan bertambah dengan atraksi tatung yang menancapkan benda tajam ke seluruh tubuh.
Dan jangan lupakan pula tradisi Sudiro yang menjadi kekhasan imlek di Solo. Grebeg Sudiro merupakan perwujudan akulturasi budaya lokal dan Tionghoa. Acara ini diselenggarakan di Keluruhan Sudiroprajan yang tepat berada di jantung kota Solo.