4 Tanda Alam Yang Dipercaya Menjadi Ciri Akan Terjadi Gempa Bumi dan Pembuktiaanya -->

Iklan Semua Halaman

4 Tanda Alam Yang Dipercaya Menjadi Ciri Akan Terjadi Gempa Bumi dan Pembuktiaanya

Senin, 04 Februari 2019
Aktualita.co - Berbeda dengan bencana lain yang biasanya dimulai dengan tanda-tanda khusus. Hingga saat ini gempa bumi tidak bisa diperkirakan secara ilmiah kapan akan terjadi.

Karena itulah beberapa masyarakat menghubungkan antara gempa bumi dengan pertanda alam yang tak biasa terjadi di lingkungan mereka.

Seperti misalnya dengan kelakukan hewan tertentu yang dianggap memiliki kepekaan merasakan getaran di bawah tanah sebelum gempa terjadi.

Walau demikian hingga saat ini, ilmuan belum menemukan cara untuk memanfaatkan hewan sebagai pendeteksi gempa.

Lalu pertanda alam apa saja yang dipercaya menjadi ciri akan terjadi gempa bumi?

1. Munculnya Ikan Oarfish Ke Permukaan

Ikan Oarfish adalah ikan laut dalam yang langka. masyarakat Jepang percaya, naiknya ikan oarfish ke permukaan menjadi pertanda akan terjadinya gempa bumi.

Masyarakat Jepang bahkan menamai ikan ini sebagai “utusan dari istana raja naga”—mengisyaratkan kaitannya dengan bencana alam di masa lalu.

Ketika gempa bumi 9 SR dan tsunami melanda timur laut Jepang Maret 2011 lalu, sebelumnya ditemukan ikan oarfish lebih kurang 10 ekor terdampar di sepanjang garis pantai pada tahun 2010 akhir.

Hiroyuki Motomura, seorang professor ichthyololgy di Kagoshima University tidak begitu percaya dengan teori tradisional ini.

Ia hanya menyebut jika ikan ini cenderung naik ke permukaan ketika kondisi fisik mereka sedang buruk.

Menurutnya, tidak ada bukti ilmiah tentang hubungan ikan oarfish dengan aktifitas seismik. Jadi orang-orang tidak perlu khawatir

2.  Munculnya Awan Gempa

Penelitian ilmiah tentang hubungan awan dengan gempa dilakukan oleh Ahli Kimia California Zhonghao Shou.

Ia membuat prakiraan gempa bumi berdasarkan pola-pola awan hasil pencitraan oleh satelit.

Tekanan dan gesekan dari tanah dapat menguapkan air jauh sebelum gempa bumi terjadi. Pendapat Shou, dan awan yang terbentuk akibat mekanisme ini memiliki bentuk yang amat berbeda dengan awan-awan pada umumnya.

Beberapa gempa yang terjadi antara tahun 1993 sampai 2006 dikaitkan dengan munculnya formasi awan ini sebagai tanda-tanda.Di Jepang tepatnya di Kobe, delapan hari sebelum terjadi gempa dahsyat pada tahun 1995, ditandai dengan kemunculan awan seperti itu. Awan serupa juga muncul sehari sebelum terjadinya gempa di Kagoshima tahun 1993.
Bahkan gempa di Niigata tahun 2004 terjadi cuma empat jam setelah kemunculan awan aneh seperti itu. Hal yang sama juga terjadi di Yogyakarta pada tahun 2006, awan seperti itu muncul pada tanggal 3 Mei 2006 tepat beberapa minggu sebelum gempa dahsyat mengguncang Yogyakarta pada tangal 27 Mei 2006.

Walau demikian, teori ini belum bisa diterima secara ilmiah. Beberapa pendapat menyatakan bahwa hal tersebut hanyalah merupakan kebetulan.

3. Cahaya Gempa


Selain awan gempa, para ahli percaya tentang adanya cahaya gempa.

Salah satu penelitian yang pernah dilakukan terkait cahaya gempa adalah Profesor Troy Shinbrot dari Rutgers University, New Jersey, seperti dimuat BBC 2014 lalu.

Cahaya gempa bumi teramati seperti api pendek berwarna biru yang muncul dari dalam tanah, seperti obor cahaya yang mengambang ke udara, atau garpu cahaya besar yang terlihat seperti petir melesat dari dalam tanah ke udara

Cahaya ini pernah muncul sesaat sebelum gempa besar mengguncang China dan Italia. Demikian halnya video bola cahaya yang terkait gempa Fukushima, Jepang dan L'Aquila di Italia menyebar luas di dunia maya.

Kisah tentang 'cahaya gempa' sudah tercatat selama 300 tahun terakhir, namun seringkali ditepis para ilmuwan. Sebaliknya memancing para penggemar UFO.

Lagi-lagi hal ini masih menjadi misteri apakah kilatan cahaya tersebut benar-benar pertanda yang selalu hadir pada setiap akan terjadi gempa besar.

4. Perilaku Aneh Hewan

Ciri lain gempa yang banyak disebut adalah kelakuan hewan yang akrab dengan manusia.

Pada tahun 2008 sebuah gempa bumi besar melanda wilayah Sichuan, China. Beberapa hari sebelum terjadi gempa yang menelan ribuan korban jiwa itu, ribuan katak melompat keluar dari tempat persembunyian mereka dan memenuhi jalanan.

Gabriele Berberich dari University Duisburg-Essen, Jerman juga pernah melakukan penelitian tentang semut dan gempa bumi.

Saat menjelaskan hasil kajiannya di pertemuan tahunan European Geosciences Union di Vienna, Austria, Berberich menjelaskan perubahan perilaku semut sebelum gempa bumi diduga ada kaitannya dengan reseptor yang mereka miliki. Perubahan perilaku ini juga dikaitkan dengan berubahnya emisi gas atau medan magnet bumi yang terjadi di habitat semut ketika gempa terjadi.

Demikian halnya dalam sejarah Helike, kota di Yunani Kuno, ketika gempa akan terjadi pada musim dingin di tahun 373 Sebelum Masehi, tikus, marten (hewan semacam tupai), ular, kelabang, kumbang, dan hewan lainnya meninggalkan kota itu, demikian ditulis oleh penulis Romawi, Aelianus.

Tetapi lagi-lagi, hal ini belum bisa diterima secara ilmiah dan lebih kepada kepercayaan masyarakat.