Kisah Sungai Cheonggyecheon Menginspirasi Presiden Jokowi dan Ridwan Kamil -->

Iklan Semua Halaman

Kisah Sungai Cheonggyecheon Menginspirasi Presiden Jokowi dan Ridwan Kamil

Rabu, 12 September 2018
Dalam kunjungannya ke Korea Selatan, Presiden Jokowi berjalan santai bersama Wali Kota Seoul Park Won-soon dan peserta Korea-Indonesia (KIND) Meet Up, menyusuri tepian Sungai Cheonggyecheon yang bersih di kota Seoul.

Sungai yang sangat bersih ini, menginspirasi dua pemimpin Indonesia. Presiden Joko Widodo dan Ridwan Kamil.

Jika Presiden Jokowi ingin mencontohnya untuk Sungai Ciliwung Jakarta, Ridwan Kamil lewat postingan Instagram akan menirunya untuk Sungai Malang di Bekasi.

Wajar karena seperti pada awalnya, sungai Cheonggyecheon sempat terabaikan. Hingga Tahun 2003, Walikota Seoul Lee Myung-bak hanya butuh 2 tahun untuk menjadikannya sungai indah di tengah kota Seoul.

Lalu seperti apa kisahnya?

Sungai Cheonggyecheon  mengalir di tengah kemegahan gedung bertingkat menjadi salah atu daya tarik wisatawan lokal maupun mancanegara. Dan sungai ini juga sering menjadi lokasi syuting film dan drama.

Sebutlah misalnya drama Iris yang dibintangi aktor senior Lee Byung Hun dan Kim Tae Hee. juga drama Mask yang diperankan Ju Ji Hoon dan Soo Ae juga pernah syuting di lokasi ini.

Sungai tersebut pada awalnya bernama Gaechoen yang berarti "aliran yang terbuka". Aliran sungai dimanfaatkan untuk sistem pengairan selama masa Dinasti Joseon (1392-1897).

Namun saat Jepang di bawah kekaisaran Hirohito menduduki Korea, krisis terjadi yang menyebabkan proyek sungai terhenti. Pada masa ini pula nama sungai diubah menjadi Cheonggyecheon.

Selepas Perang Korea (1950-1953) para pendatang banyak menjadikan tepi kali Cheonggyecheon sebagai pemukiman kumuh. Di masa itu, Sungai ini menjadi wajah kemiskinan Korea Selatan.

Kemudian pada tahun 1958 merelokasi warga dan menutup sungai tersebut dan dibuat jalan layang di atasnya.

Cerita berubah saat Walikota Seoul Lee Myung Bak melakukan restorasi untuk menghidupkan kembali sungai tersebut.

Kebijakannya tentu tak sepenuhnya didukung. Ia juga banyak menuai kritik. Salah satunya karena jalan layang yang ada diatasnya harus dirobohkan.

Tetapi proyek restorasi terus berjalan.

Hingga pada bulan September 2005, aliran baru sungai Cheonggyecheon kembali dibuka dan dengan cepat menjadi primadona masyarakat Seoul. Tidak hanya karena memberi ruang publik bagi para pejalan kaki, namun juga membawa kembali air dan tumbuhan ke tengah kawasan metropolitan itu.

Bagi banyak orang, Cheonggyecheon memberi jawaban pasti atas perdebatan kontroversial dalam perencanaan kota. Antara mereka yang menekankan kota berorientasi kendaraan dengan mereka yang percaya kota seharusnya lebih ramah pejalan kaki